Tuberkulosis, sering disingkat TB atau TBC, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penularan atau infeksi terjadi saat kuman TB yang berada dan bertebaran di udara terhirup oleh orang lain. Ketika penderita TB batuk atau bersin tanpa menutup mulut, bakteri akan tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet. Gejala TB sendiri berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu) yang biasanya berdahak bahkan mengeluarkan darah. Tanda awal dari penyakit ini dapat berupa demam, batuk, keringat malam, atau penurunan berat badan yang drastis.
Berdasarkan Global TB Report 2022, Indonesia merupakan negara dengan beban TB tertinggi kedua di dunia setelah India. WHO memperkirakan terdapat 969.000 kasus TB di Indonesia dengan angka notifikasi saat ini mencapai 717.941 kasus. Menurut data BPS Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Jember menduduki posisi tertinggi kedua setelah Surabaya untuk kategori kabupaten dengan angka TB terbanyak di Jatim pada tahun 2021, yaitu sebanyak 2.918 kasus. Data survei prevalensi TB tahun 2013-2014 menunjukkan bahwa pengetahuan tentang TB merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pencarian pengobatan.
TB merupakan salah satu penyakit yang rentan menular di lingkungan lembaga pemasyarakatan (lapas) atau rumah tahanan (rutan). Data yang dirilis organisasi kesehatan dunia, WHO menyebutkan, angka penemuan kasus TB di lapas atau rutan adalah 11 – 18 kali dari populasi umum. Salah satu penyebab masalah TB di lapas atau rutan di Indonesia adalah kepadatan penghuni yang melebihi kapasitas. Kondisi ini semakin diperparah dengan belum optimalnya tata ruangan dan sirkulasi udara dalam ruang. Berdasarkan Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) tahun 2022, TB masuk dalam 10 penyakit terbanyak yang diderita narapidana/tahanan.
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait tuberkulosis agar semakin sadar akan bahaya tuberkulosis adalah dengan pemberian edukasi dan penyebaran informasi. Pemberian edukasi kepada masyarakat dapat melalui berbagai cara, seperti kampanye di media sosial, acara di sekolah-sekolah, dan pertemuan komunitas. Dengan peningkatan pemahaman mengenai TBC, diharapkan masyarakat dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat dan memberikan dukungan yang diperlukan kepada penderita TB dalam mengikuti regimen pengobatan dengan konsisten. Selain pemberian edukasi, deteksi dini juga sangat penting dilakukan sebagai langkah awal penanganan tuberkulosis.
Dalam rangka merayakan Hari Tuberkulosis Sedunia (World Tuberculosis Day) 2024, SCOPH CIMSA UNEJ mengadakan kegiatan yang disebut APONEUROSIS (All People on Earth Unite For Remove Tuberculosis). Kami melakukan pelatihan pra-kegiatan, seminar, skrining TBC, dan kampanye media sosial untuk memperingati hari tersebut. Seminar diadakan pada tanggal 23 Maret 2024 di LAPAS Jember. Dalam seminar ini, kami membahas tentang “Tuberkulosis dan Cara Mencegahnya” dengan narasumber dr. Sulistyaningrum Dwi Putri dari Rumah Sakit Paru Jember. Sebelum seminar, kami juga mengadakan skrining TBC. Kampanye media sosial dilakukan dengan mengunggah video promosi kesehatan tentang tuberkulosis bekerja sama dengan Yayasan KNCV Indonesia pada tanggal 28 Maret 2024. Acara terakhir adalah siaran radio bersama RRI PRO 2 Jember pada tanggal 29 Maret dengan topik “Tuberkulosis dan Cara Mencegahnya”.
Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang tuberkulosis serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyebaran penyakit ini.